About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Touring Nostalgia

Saat masih semester 4, sekitar tahun 2002an, rasa penasaran akan jalur selatan Jawa Timur (Malang-Ponorogo) memuncak. Jadi sewaktu ada tawaran mudik naik motor secara bersama-sama melewati jalur selatan dari teman, saya pun mengiyakan.

*foto Jadul ketika di Disperta Blitar. masih dengan Prima AG 6888 TD.

Kemarin, Minggu 11 Juli 2010 saya ingin kembali mengulang memoar itu..cieee.. huks.huks..

Setelah sholat dhuhur, sekitar jam 12.30, saya menstart motor dari daerah Dinoyo ,Malang. Posisi odometer saya "0" kan (Zero). Selama jalur Malang-Kepanjen, kecepatan hanya berkisar 60-80kpj. Seperti biasa, jalur ini memang ramai dan rawan kecelakaan. slow down saja.

Selepas Sungai Metro Kepanjen, si Pio bisa berlari dalam kisaran 100-120kpj. Setelah sejenak beristirahat di tengah tanggul/tembok Bendungan Lahor, perjalanan berlanjut. Walaupun dengan suasana mendung yang menggelayut.

*si Pio mau foto2 dulu.

Saya sempet bingung saat keluar dari pertigaan Desa Selorejo, maklum kompas dan GPS nangkring di Tas. Setelah memakai Garcot alias Garmin cocot (hehehe), perjalanan bisa dilanjut. Sayang, gara-gara hidung yang gatal entah kena apa, perjalanan dari Selorejo sampai di Wlingi agak terhambat. Beberapa kali saya minggir dan berhenti, hanya untung mbenerin nih hidung.

Alhamdulillah, saya sampai di kota Blitar sekitar jam 2an. Menurut diajeng, perjalanan 2 jam itu sudah lama. Loh, yg bener berapa jam? katanya Malang- Blitar bisa dicapai dalam waktu 1,5 jam. Maklumlah, namanya juga nostalgia, dinikmati dong.. lama gak apa-apa..

Menikmati suasana damai, tenang dan nyaman. Hamparan sawah dengan padinya yang menghijau bak permadani. Tidak usah kebut-kebutan sama Bus Eka, Mira apalagi Sumber Kencono yang terkenal gila. Berharap aku bisa menghabiskan sisa umurku menikmati ketentraman kota Selatan Jatim. (berharap.net)

*Raja jalanan Jatim. Mendingan Ngalah ama Bus Arogan ini.

Setelah beristirahat cukup lama di rumah si diajeng. Jam 20.00 tepat, si Pio kembali memecah kesunyian jalur Blitar-Candi Penataran-Ngancar-Wates. Kali ini saya melewati sabo dam alias tanggul buat lintasan aliran lava dingin Gunung Kelud.Sepiiiiiii.... bener-bener sepi, ditambah suasana gelap. wah, ngebut sajalah..

*sabo Dam

Jam 20.45 setelah ngebut-ngebut ria via jalur Wates-Plosoklaten--Pare, karena takut kemaleman, akhirnya sampai juga di Pare.
Btw, besoknya baru ngeliat Odometer. Odometer menunjukkan posisi 135 km. Wihh, deket banget. Saya yang biasanya PP Pare- Bojonegoro saja, bisa mencapai 300an km.

Dan, saya pun ingin kembali mengulang ber touring adventure via Jalur selatan kapan-kapan lagi.

Ganti Wajah FU 150 ke Model Lama

*saya dan FU model wajah baru yang mirip tumor

Wajah depan satria FU 150 baru. Menurut sebagian orang memang menarik, tetapi kebanyakan para penyuka FU minded yang suka/mania dari sejak FU masih CBU sampai masih model batok lama (2008) pasti ingin menggantinya ke model lama.

*muka model lama

Sabtu, 10 Juli 2010, saya yang memang berniat pulang ke Malang, diajak teman (bro Arifin) penyuka FU, untuk mengantar mengoperasi wajah tunggangannya di daerah Dinoyo, Malang.
Berbekal data dari sesama Kaskuser, mereka janjian ketemuan untuk bertransaksi "muka FU."

Bro Adib, yang saat ini masih Kuliah S2 di Teknik Mesin Universitas Brawijaya, Malang adalah penggiat FXR. Tetapi sebagai penyuka motor Suzuki dia mempunyai stok Parts Original dan Parts dari Thailand berbagai macam motor Sport dari Suzuki. semacam FU, FXR, GSX 250 dan Raider. (ssttt.. dia nitip Promosi loh ini.). Batok lampu original Thailand inipun didapat dengan harga Rp.420.000,-, lebih murah jika harus pesan ke Dealer Suzuki seharga Rp.1,2 Jeti!!

*bro Adib lagi operasi Wajah FU

Secara umum, model dan jumlah mur, rumahan speedo semi digital, karet-karet dan connector kabel, sama persis dengan yang lama. Kita hanya tinggal bongkar yang lama dan pasang di yang baru. Tidak ada kesulitan yang mengganggu. Jumlah murnya pun pas sama. Hanya saja, ada 1 connector yang menunjukkan lampu RPM dan setelan Econo, Normal dan Sport mesti terbuang alias tidak terpakai.


Setelah dipasang dengan cara yang hati-hati dan sangat rapi oleh bro Adib. Motor Fu 150 kini menjadi proporsional kembali dengan wajah barunya.

*wajah baru Satria FU bro Arifin

Sekarang tinggal menambahkan dengan striping baru di batoknya. Untuk mendapatkannya kita harus membeli 1 set, seharga Rp.35.000. Saya dan Bro Arifin membeli di depan Pasar Comboran/ nempel rel KA comboran.

wah, tambah keren khan?

Red Desmosedici ala wong Kampung

"Klo tidak bisa beli Ducati seperti punya bang Triatmono atau kaya punya bro Dukun beranak, maka merasalah seakan-akan naek Ducati. hahaha.. konyol. " (an intro)
Btw, niat ganti tunggangan akhirnya ndak kesampaian. Yang ada malah menambah tunggangan baru untuk menemani beraktivitas sehari hari. Dan pilihan tidak jatuh pada KLX 150, D-Tracker, FU 150 atau Minerva 150Vx. Akan tetapi pada motor sejuta umat. Supra x 125.. trataaaaaa....

Nah, motor Supra x 125R merah inilah yang saya kagumi sebagai "Ducati ala saya".hehehe.
Dengan model yang lancip-lancip dan ide lampu kotanya yang ala mobil Lamborghini (saya liat di Discovery), membuat saya kepincut.
*Desain lampu kota yang oke

Ditambah, saya pernah jalan-jalan dengan Supra x 125R punya teman (warna merah putih), wihhhhhh.. tarikannya mirip ama Karisma 125D milik kakak. Panjang.....

*AG 5321 TC punya mbak Inong

Impresi pertama, baru bisa dilakukan pada hari ketujuh setelah Ducati ini datang dirumah. Maklum, kebanyakan touring ama si Pio. Jadi terbengkalai tuh Supra. Hasilnya,vTarikan oke, gigi 1 nyampai 30Kpj, gigi 2 nyampai 60, bahkan gigi 3 nyampai hampir 80kpj. saya ndak berani lagi buat menyiksa. Maklum, masih inreyen. Klo ma Scorpio mah. 140 kpj hayukkk..

Dengan kerepotan sewaktu belanja, membawa barang, berjalan di jalan sempit, harga onderdil yang mahal, tarikan yang terlalu responsif. Kayaknya cukup untuk menjadikan si Pio sebagai pajangan saja.
Dengan supra x ini, saya berharap bisa jadi bebeker yang suka nyempil-nyempil jika kena macet, gampang lewat galengan (batas petakan sawah), dan yang jelas dengan murahnya onderdil maka acara menyiksa bebek ini bisa sepuasnya dilakukan di medan Bojonegoro dan Tuban yang ganas.wakakakkkkk...

*supra x beda generasi

at least, Keep Safety Riding dan semoga motor ini membawa berkah.
Buat si Pio : "Jangan ngiri ya motor kesayanganku..."

Buat impresi luar kotanya, nunggu STNK dan Plat nomer AE 6000 ** nya muncul ya.hehehe

Main switch Modifikasi rusak. gimana?

s
kunci modif model lambang Nazi.

Begini ceritanya tuh kunci bisa rusak :
Main switch si Pio seperti postingan sebelumnya, saya ganti dengan model Nazi.

Dab, setelah mampir sejenak d kost teman sehabis touring dari Kelud, kunci kontak kagak bisa masuk sama sekali. Pusing dah, dicoba puter-puter, pakai cara kekerasan (haha..), bahkan pake kunci cadangan, tuh kunci kagak bisa masuk.

setelah saya tanya ke tukang kunci, barulah ketemu jawabannya. Kunci modif, jika dalam pemakaiannya tidak pas alurnya, trus dipaksakan. maka lama-kelamaan dia akan otomatis merusakkan diri alias harakiri gitu. Hal itu memang bagus buat keamanan, tapi jika sampai makan tuan, mau nggak mau harus diganti baru lagi. Karena tukang kunci sudah tidak bisa memperbaiki lagi.

Untung, saya tidak kunci setang, setelah berhasil menarik 1 kabel warna hitam. pake tendangan kuat ke kick starter. Brummmm.. Alahamdulillah, untuk sementara si Pio bisa jalan. Walo, nggak bisa pakai sein, kagak bisa nge Bel dan lampu rem mati.

walah, anti Safety riding..
cerita selanjutnya gimana? cekidot postingan sebelumnya.

Touring dengan Accu Mati??

Demi menjalankan sebuah pekerjaan. Mau nggak mau saya harus berangkat pagi itu. (hahaha, kok puitis bahasanya). Perasan malas berkecamuk, karena saya harus menaiki si Pio yang notabene mati sistem kelistrikannya.
Berangkat pagi-pagi dari Pare masalah belum ditemui, namun ketika sampai Tembelang, Jombang ada masalah. Biasalah para selononger hampir aja saya tabrak dari belakang. Damn, dah mati-matian mencet tombol bel kok gak nyala. Untung langsung keingetan bahwa main switch rusak. (hahahaha...).

Selama cek kondisi tanaman padi di kabupaten Bojonegoro, saya masih merasa aman-aman saja. Toh, saya banyak melewati jalur persawahan, yang notabene klakson dan sein tidak begitu diperlukan. Apalagi melewati beberapa kuburan tua.(hiiii...)
*si Pio lagi markir di kuburan
Begitu mau balik ke Kediri sudah malam. Untung, sistem kelistrikan lampu Scorpio terpisah dari accu. Maksudnya, diambil dari alternator/AC. Wih,, untung masih ada lampu utama. Apa jadinya jika lampu utama si Pio seperti sitemnya Mega Pro, tiger apa V-ixion.

jadi kesimpulannya :
  1. Mengendarai motor dengan accu mati (tanpa sein, klakson, lampu rem ) sangatlah tidak nyaman. Karena faktor safety berkurang drastis.
  2. Ya, harus segera pesan ke Dealer untuk ganti main switch yang original. (saya pesan 1 minggu kemudian, dan barang ready 3 hari setelah pemesanan dengan harga Rp.167.000).